banjir (lagi)


[S]EBENARNYA sudah bosan kalau mau nulis tentang banjir di Kabupaten Bandung. Soalnya, tiap hujan (agak) gede, pasti ada yang kebanjiran.

Tapi banjir kemarin memang ‘istimewa’. Baru kali ini saya lihat jalan dekat RM Ampera di Bojogsoang mulai terendam, meski hanya sematakaki. Padahal, sependek pengalaman saya bolak-balik Banjaran Bandung, daerah sana sudah cukup tinggi dan biasanya jalannya nggak kebanjiran.

Dan benar saja, kata berita, banjir yang terjadi Minggu (7/4) malam merupakan yang terbesar selama 2013. Buat saya, ini yang terbesar selama menjadi betmen, atau sejak akhir 2009.

Dulu, waktu masih kerja di kantor Soekarno Hatta, pernah juga susah pulang karena jalanan (di Bojongsoang & Baleendah, karena Dayeuhkolot sudah pasti terendam) sudah mulai terendam. Jalanan pun cukup ramai karena mobil dan motor susah lewat.

Waktu itu, jalan yang terendam masih cukup dangkal ketika dini hari, dan saya masih cukup leluasa melintasi banjir itu. Dan banjir mulai meluas ketika siang hari.

Tapi malam kemarin memang benar-benar gila. Saya baru lihat jalan Bojongsoang masih macet jam 1.45 pagi! Kalau sedini hari itu saja masih macet, apalagi pas sore dan malam? Dan sudah pasti, hari Senin pagi jalanan kan benar-benar macet total.

Padahal, sejak kerjaan beres jam 11-an, tadinya mau langsung pulang. Tapi ketika lihat di Twitter banyak yang unggah foto macet, akhirnya niat pulang rada ditangguhkan dulu. Internetan dulu. Twitteran dulu.

Ketika jam sudah menunjukkan jam setengah 1, saya putuskan pulang, dengan asumsi mungkin jalanan sudah mulai lengang, seperti beberapa waktu kemarin. Tapi dugaan saya ternyata salah. Sampai di pertigaan Dayeuhkolot Baleendah, mobil mulai antri panjang.

Antrian ini sampai di dekat jembatan Citarum lama. Di sini ternyata masalahnya. Mobil harus jalan satu persatu agar dapat lewat, sementara motor harus nekat, karena banyak juga yang akhirnya mogok. Untunglah Mio saya baik hati karena nggak mogok ketika lewat banjir cukup dalam.

Untunglah buat saya hari Senin merupakan hari libur, jadi saya nggak terlalu keuheul dengan banjir ini. Meski sebenarnya tadinya saya pun mau ke kota sih..

Tapi tetap saja, ribuan orang (termasuk bapak saya) harus mengalami kemacetan supermegadahsyat di pagi tadi. Dan sebagian di antaranya terpaksa harus bolos (dan gajinya harus dipotong).

Lalu siapa yang salah? Pemerintah? Pengusaha? warga? Saya pikir semuanya. Termasuk saya yang ketika lupa suka buang sampah sembarangan. Ahh..

Tapi dari beberapa kali banjir selama sebulan ini, saya rasa nggak pernah melihat si bupati Bandung yang merupakan menantu mantan bupati yang lama itu. Tapi mungkin saya yang jarang cek berita ya heuhue..

Lalu bagaimana dengan program penanggulangan banjir yang sudah dicanangkan sejak lama itu? Sejak pertama kali saya jadi kuli berita 2009 lalu, kata Camat Baleendah, katanya sudah ada program itu. Tapi, kita lihat sendiri, sampai sekarang belum ada hasil signifikan. Bahkan malah tambah parah.

Ah fak yu dadang naser dkk!


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.