Buku bekas


TIBA-TIBA saja tiga hari ini jadi keranjingan beli buku. Setelah selesai ngawangkong dan ternyata acara nonton bareng dibatalkan, akhirnya diputuskanlah pergi ke Palasari. Tempat banyak buku bermutu dan murah. Katanya.

Tapi sampai di Palasari bingung mau beli apa. Sebenarnya niat utama ke Palasari adalah cari toko Ampera. Bagi yang belum tahu, katanya toko Ampera merupakan toko yang wajib dikunjungi kalau ke Palsari. Paman saya yang kutu buku itu pun sering beli buku di tempat itu. Tapi, saya nggak tahu di mana tempatnya.

Ya, saya memang bukan pencinta buku yang baik. Atau pembeli buku yang baik. Karena kebanyakan buku yang saya baca memang hasil pinjaman (dan sebagian besar masih belum dikembalikan. haha).

Toko Bandung Book Center, salah satu tempat yang dikunjungi kalau ke Palasari.

Dua kali mengelilingi Palasari. Dari luar. Dari tengah. Ke dalam. Masih belum ketemu. Akhirnya menyerah juga. Lalu seorang penjual bertanya ketika saya sedang melihat-lihat buku novel bekas berbahasa Inggris. “Mau cari buku apa?”

“Buku X,” kata saya sembari menyebut sebuah buku yang sudah sulit dicari. Sengaja. Pertama, siapa tahu si penjual punya bukunya. Kedua, supaya si pedagang nggak nanya lagi. Dan benar saja, si bapak ternyata tak punya buku itu.

“Kalau buku itu, coba tanya ke Ampera,” kata bapak itu. Lagi-lagi Ampera. Sudah sangat terkenal ternyata toko itu.

“Tokonya yang mana pak?” tanya saya. Untunglah bapak itu baik hati, dan menunjukkan letak toko Ampera, yang ternyata letaknya hanya beberapa meter dari tokonya. Ah.. padahal sudah berkali-kali saya lewat ke toko yang terletak agak di tengah itu.

Ampera. Cukup sempit luasnya. Mungkin tak lebih dari 1,5 meter. Padahal toko di sebelahnya lebih lebar. meski sempit, koleksinya lengkap. Yang lebih menarik, pemiliknya, Pak Sasmita, sangat baik. Dia tahu buku-buku yang biasa dicari orang. Novel biasanya. Setidaknya ketika saya tanya buku Y, dia mengetahuinya.

Sayangnya, buku yang saya cari tetap tak ada. Setelah cukup lama ngobrol dengan Pak Sasmita, akhirnya saya putuskan beli dua buku. Pertama, buku Sang Alkemis, novel yang pernah saya baca ketika SMA. Kedua, buku Madilog. Saya nggak ngerti kenapa saya sampai beli bukunya Tan Malaka itu, padahal saya belum pernah baca biografinya. Hanya sekilas-sekilas saja. Entah kapan buku itu saya sentuh haha.

Besoknya, Selasa, saya pergi ke Gegerkalong nganter teman yang sudah pesan tiket ke negeri jiran. Karena lapar, akhirnya kami putuskan makan dulu di Gegerkalong, tepatnya di Limamu. Ketika lewat jalan gegerkalong, saya lihat ada toko buku bekas. Karena penasaran, seusai makan saya ke sana. Siapa tahu buku yang saya cari ada di sana.

Seperti Ampera, kios ini cukup sempit. Tapi jangan lihat tempatnya, lihat koleksinya. Untuk ukuran kios sekecil itu, saya pikir cukup lengkap. Sebagian buku bekas. Ada novel, komik, majalah, tapi lebih banyak buku kuliah. Maklumlah, ini kios dekat UPI.

Saya baru sadar ada kios buku ini. Padahal waktu kuliah dulu, sering lewat ke tempat itu, tapi jarang melirik tempat itu 😐 Sayangnya, lagi-lagi buku yang saya cari ternyata tak ada. Entah karena memang tak ada atau karena penjualnya malas cari. Husnudzan saja.

Akhirnya, yang saya beli hanya 3 buku, dua buku anak, satu buku Matematika bisnis dengan penulis Dumairy. Buat ngajar 😀

Jadi penasaran, di Bandung tempat jualan buku bekas di mana lagi ya? Tentu selain di Palasari, Cikapundung, dan Dewi Sartika. Siapa tahu buku yang saya cari ada di sana.


5 responses to “Buku bekas”

  1. Memangna, nyari buku naon mang?? mungkin saya bisa bantos, asal aya artos. 😀

    Eta kios buku yang digerlong, anu dipertigaan bukan?

Leave a Reply to Kusnadhi Yasa Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.