Kalap


Apa jadinya jika pameran buku digelar di awal bulan? Kalap. Mentang-mentang dompet masih (agak) tebal, semua buku yang menarik jadi incaran.

Itulah yang terjadi Senin (1/9/2014) kemarin, saat saya datang ke Landmark Braga, tempat pameran buku digelar. Untung saja masih agak sadar (dan sakit perut!) hingga akhirnya ancaman dompet menipis bisa sedikit terselamatkan. hehe..

Ah lebah banget ini tulisan.

Kembali ke tema. Sekarang agak serius. Jadi begini, di pameran buku yang sekarang masih berlangsung, banyak buku yang jadi incaran, yang menurut saya layak dibaca. Dan terutama harganya yang didiskon habis-habisan sih :D. Bahkan ada stand yang mengorting hingga 80%!

baru juga masuk, stand di pinggir pintu masuk sudah menawarkan godaan. Buku-buku di stand yang sebelah kiri dibanderol 10 ribu – 20 ribu saja. Sementara di stand sebelah kanan miliknya Yayasan Obor, banyak buku yang menurut saya bagus. Salah satunya novel Albert Camus, Sampar.

Sudah lama saya penasaran dengan tulisan Camus yang katanya bagus. Sebagai yang mengaku suka baca, malu dong kalau nggak kenal sama Pak Camus :D. Orang yang sering dikutip sama pak GM dan mamang Jejen.

Termasuk novel Sampar, baru saya kenal dari tulisannya mang Zen di blognya beberapa tahun terakhir. Makanya, ketika Obor kembali menerbitkan buku ini, dibelilah buku itu sama saya, buku yang diterjemahkan oleh salah satu novelis Indonesia, NH Dini.

Lagi-lagi karena kalap, akhirnya di Obor saya nggak hanya beli satu buku, tapi jadi 4 buku. Ini gara-gara bapak penjaga stand baik hati memberikan diskon hingga 30%, dan menjadi 40% ketika buku yang saya beli bertambah. Ah saya memang lemah dengan godaan diskon :D.

Akhirnya, buku seharga 270 ribuan itu akhirnya cuma dibayar 128 ribu saja. Murah bukan?

Selain beli Sampar, 3 buku lainnya yang saya beli adalah novel Camus yang lain, yakni Orang Asing (baru tahu Camus nulis novel ini :D), novelnya Mochtar Lubis, Harimau! Harimau!, dan buku karya pak Ignatius Haryanto yang judulnya The New York Times: Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak.

Buku terakhir merasa perlu untuk dibeli karena rasanya sangat pas untuk situasi sekarang. Maklumlah, sebagai jurnalis pemula yang bukan jebolan jurnalistik, pengetahuan saya mengenai jurnalisme masih sangat dangkal.

Oiya, selain beli buku Obor, saya juga beli buku cerita anak, tentang dongeng atau cerita legenda rakyat dari berbagai negara. Tadinya cari buku cerita berbahasa sunda, tapi kok susah ya? Padahal dulu pernah punya buku dongeng Asia berbahasa Sunda. Tapi sayangnya sekarang sudah hilang :(.

Selain kelima buku itu, sebenarnya ada beberapa buku yang sepertinya bagus. Salah satunya di stand Republika, ada buku tentang Islam dan Sains. Saya lupa judulnya, tapi sepertinya menarik, tulisan ahli fisika dari universitas di luar negeri (lupa juga namanya). Satu lagi buku biografi Einstein. Kedua buku ini cukup tebal, dan harganya lumayan :D.

Sudah lama buku Einstein jadi incaran, tapi belum kesampaian juga beli buku itu. Semoga ada uangnya :D.

*btw beli 5 buku sudah termasuk kalap nggak ya? hehe


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.