Memasang Linux di UEFI: capek


Sebelumnya saya ucapkan selamat tahun baru! Semoga di tahun yang baru ini kita semua dapat bekerja lebih produktif dan barokah :D*

Tak hanya semangat yang harus baru, di tahun baru ini pun harus ada peningkatan, minimal peningkatan gadget :D.

Yup, akhir Februari lalu akhirnya saya putuskan untuk ganti laptop. Laptop Acer yang saya beli (dengan dicicil) pada 2011 lalu akhirnya harus turun kasta, dipakai adik saya. Setelah beberapa bulan riset (alias googling), akhirnya terpilihlah Lenovo seri G40.

Tadinya mau beli ASUS, tapi ternyata seri ASUS sekarang sudah unibody dan memorinya susah diupgrade. Maka Lenovo-lah yang terpilih, meski bukan seri Thinkpad :D.

Waktu beli, si aa penjual dengan yakin menyatakan bahwa laptop ini bisa diinstall linux, selain windows (yang ternyata bajakan). Tanpa pikir panjang, akhirnya dibelilah laptop itu (setelah bersusahpayah mencairkan uang di ATM karena debit BCA di Bank BJB nggak jalan. Menyebalkan).

Seperti laptop generasi terbaru lainnya, Lenovo G40-70 yang saya beli ternyata sudah menggunakan UEFI, pengganti BIOS yang umurnya sudah tua. Sebagai pengguna komputer seri lawas, saya awalnya nggak ngeuh dengan UEFI ini.

Setelah cukup puas main game (bajakan) di windows 8.1 yang diinstall dengan cara ghost, diputuskanlah untuk memulai memasang linux di laptop ini. Bahan-bahan sudah siap: flashdisk kosong 4GB, iso linux (Blankon 9.1, Fedora 21, Slackware 14.1), harddisk yang sudah dipartisi, dan unetbootin versi 2013.

Tak ada masalah ketika membakar iso Blankon ke flashdisk pakai unetbootin. Lalu dicobalah itu USB. Dan di sini masalah dimulai.

Setelah reboot, ternyata USB tak bisa booting. Setelah googling, baru tahu bahwa unetbootin ternyata tidak bisa digunakan untuk bikin USB booting di sistem UEFI. Waduh.. Googling lagi, lalu ketemu LiveUSB creator untuk Fedora dan Win32 disk imager. dicoba dua-duanya dan hasilnya sama: GAGAL.

Googling lagi, dapat program rufus yang katanya bisa digunakan. Tapi pas mau bakar iso blankon, ternyata tidak bisa. Katanya, Blankon belum mendukung sistem EFI. Waduh. Penasaran, dicobalah membakar iso Fedora, dan berhasil. Hore!

Reboot lagi laptop, dan hore bisa booting dari USB!

Tapi horenya cuma sebentar. Ternyata USB tetap nggak bisa dipakai. Googling lagi, ketemu masalahnya. Ternyata di BIOS harus dimatikan fitur secure boot. Oke, matikan, reboot lagi. Dan kini masuk. Hore!

Setelah puas pakai sistem live, mari saatnya install. Masuk ke setup tak ada masalah, lalu masuklah ke tahap memilih harddisk. Di sini masalah dimulai. Katanya, di harddisk tak ada partisi boot efi. Apalagi ini?

Googling lagi. Ketemu jawabannya. Katanya, saya harus bikin partisi baru dengan format fat32. Ukurannya cukup 100 MB. Akhirnya dipecah lagi lah itu partisi untuk membuat boot efi. Setelah itu, pilih partisi root ( / ) di /dev/sda7, partisi /home di /dev/sda6 dan swap. Mari pasang itu si topi!

Tapi gagal. Menyedihkan. Muncul peringatan:

No valid bootloader target device found. See below for details. For UEFI installation, you must include an EFI System Patition on a GPT-formatted disk, mounted at /boot/efi.

Berkali-kali coba masih gagal. Yasudah saya menyerah. Instalasi gagal.

Tapi masih penasaran. Maka dicoba distro ketiga: Centos7. Kebetulan teman yang ngurus server kantor punya cd instalasinya. Mari kita coba.

Tapi gagal juga. Gagalnya sama, di langkah bikin partisi boot/efi.

Penasaran. Dicoba distro keempat: Slackware 14.1 yang isonya sudah saya unduh sejak lama. Dibakarlah iso itu dengan rufus. Mari reboot kembali laptopnya.

Ternyata install pakai slackware tak ada masalah sama sekali. Bahkan saya tak perlu bikin partisi boot/efi. Lilo pun dengan mudahnya mengenali Windows bajakan saya.

Cuma ada beberapa masalah setelah install, seperti layar yang ngelag (diatasi dengan pasang xorg-server dan mesa terbaru. Tapi masih belum tahu cara updatenya 😀 ), wifi tak jalan (update kernel terbaru, minimal kernel 3.14), dan masalah sound (lupa caranya, baca saja di sini :D).

Tapi saya masih penasaran dengan Blankon. Dari baca-baca dan tanya di milis, salah satu cara pasang Blankon adalah lewat bapaknya, debian. Jadi install dulu debian versi minimalis, setelah itu baru ke Blankon.

Baiklah, mari kita unduh debian net install dan bakar ke USB. Mari bung reboot kembali.

Ini pertama kalinya saya pasang debian, versi network pula. Untunglah koneksi internet kantor lagi sadar sehingga saya bisa unduh beragam paket dengan mudah meski lama. Setelah sempat gagal install (entah kenapa) akhirnya debian berhasil dipasang di /dev/sda8. Jadi kini harusnya ada 3 sistem operasi: slackware, debian, dan windows.

Tapi debian tak menginstal grub atau lilo. Sementara lilo slackware pun tak mengenali debian. Duh. Terpaksa cara barbar: dengan chroot. Di sini masalah baru muncul.

Ternyata saya install slackware (yang sudah diupgrade ke current) versi 32 bit, sementara debian yang dipasang versi 64 bit. Akibatnya saya nggak bisa chroot. Oke kalau begitu mari unduh versi 64 bit dan install ulang lagi untuk ke sekian kalinya. Reboot lagi.

Seperti saat pasang versi 32 bit, tak ada banyak masalah ketika pasang versi 64 ini, kecuali kini ada menu partisi GPT. Duh. Masih trauma karena waktu install Fedora gagalnya di sini. Untunglah, setelah bikin partisi baru pakai cgdisk (bukan lagi cfdisk), tercipta partisi baru di /dev/sda4. Lalu pasang elilo dan reboot.

Selesai? Tentu saja tidak. Ternyata ada masalah. Elilo sepertinya tak berjalan dengan baik. Setidaknya ada dua masalah: pertama, sistem tak lagi mengenali sistem operasi lain, termasuk windows. Kedua: Ada masalah di framebuffer sehingga saat proses masuk ke slackware, tiba-tiba layar blank.

Waktu di versi 32 bit, masalah ini pernah muncul, namun bisa diatasi dengan mengubah konfigurasi lilo di bagian append=”lupa lagi isinya” dan settingan vga=788 dari asalnya vga=normal.

Tapi sekarang slackware tak pakai lilo lagi. Dicoba chroot lewat USB installer pun sia-sia, karena saya nggak tahu bagaimana ubah settingan VGA.

Setelah berkali-kali googling dan tanya di milis, akhirnya dicoba pakai grub2 yang ternyata sudah terinstall di slackware. Dengan grub2, akhirnya debian terbaca. Tapi windowsnya nggak :(.

Karena penasaran, beberapa kali coba reboot dan install baru lagi. Termasuk chroot lewat debian, tapi masih gagal. Malah yang ada kernel panic, dan lebih parah, harddisk laptop nggak terbaca. Horor :)))

Menyerah nggak dapat cara ganti settingan vga, akhirnya kembali install Fedora. Dan anehnya kali ini bisa :))) (meski sampai kini windowsnya masih error).

fedora

Anda baca sampai sini dan tak ketemu langkah-langkah instalasi linux di sistem UEFI? Selamat! Bagi yang mau coba install Slackware di Lenovo G40, bisa coba tautan ini. Referensi lain:


3 responses to “Memasang Linux di UEFI: capek”

Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.