Teteh bercelana gemez di Jalan Kebonjati yang tiba-tiba hilang


Hampir setiap malam saat pulang saya lewat Jalan Kebonjati. Dulu sih biasanya lewat Gardujati -lewat kawasan legendaris, black essence- tapi ternyata lewat Kebonjati -lalu belok kanan ke Otista- lebih cepat karena jalannya relatif lebih bagus.

Suasana Kebonjati malam hari berbeda jauh dengan saat siang hari. Saat siang, biasanya jalan ini sangat padat. Macet di mana-mana, terutama di kawasan dekat perempatan Kebonjati-Otista. Di sana, ada terminal St Hall, tempat angkot ngetem. Apalagi kawasan ini dekat dengan PAsar Baru yang kalau siang hari macetnya minta ampun.

Tapi kalau mendekati tengah malam, kondisinya mirip-mirip sama jalan di Bandung lainnya, sepi. Hanya ada beberapa toko yang masih buka. Di antaranya toko durian Pak Aip dan kafe Bangi Kopitiam (kalau nggak salah namanya itu) di sebelah kanan jalan. Juga beberapa pedagang nasi goreng di sebelah kiri jalan.

Nah menariknya, di antara para pedagang dan mobil yang diparkir, biasanya suka ada teteh-teteh bercelana gemez yang nongkrong di pinggir jalan. Dandanannya menor. Biasanya pakai celana hot pans dan baju agak terbuka. Kadang salut juga karena cuaca Bandung kalau malam cukup dingin, tapi mereka kuatan.

Saat bulan puasa lalu saya suka iseng hitung ada berapa banyak teteh-teteh yang nongkrong cantik di sana. Dari hasil perhitungan, rata-rata yang suka nongkrong ada sekitar 6-10 orang. Itu kondisi sekitar pukul 10 sampai 11 malam. Nggak tahu kalau di luar jam itu, bisa saja bertambah atau belum pada keluar.

Sebenarnya, Kebonjati merupakan tempat mangkal relatif baru. Setidaknya beberapa bulan lalu nggak banyak yang nongkrong di sana. Sebelumnya sebagian dari mereka biasa nongkrong sepanjang Jalan Otista, dari perempatan Kebonjati sampai sebelum perempatan Asia-Afrika. Nongkrongnya di sebelah kiri, tepatnya di sekitar Bank Mandiri seberang Pasar Baru.

Setelah Pemkot Bandung mempercantik kawasan itu saat menyambut Konferensi Asia Afrika April lalu, mereka mulai tersisih. Awalnya saat mendekati KAA -ketika Otista tiba-tiba banyak payungnya- keberadaan si teteh-teteh itu tiba-tiba menghilang.

Setelah KAA lewat, kawasan itu ternyata tetap steril dari para teteh-teteh. Ternyata eh ternyata mereka pindah lokasi mangkal. Ke mana? Yap, ke kawasan Kebonjati.

Namun Rabu (26/8/2015) malam tadi kawasan itu tiba-tiba sepi dari para teteh-teteh. Padahal biasanya, kalau pun sepi, minimal ada satu atau dua orang yang masih mangkal dan menunggu pengemudi mobil atau motor berhenti untuk menyapa mereka. Tapi malam tadi sepi. Mirip seperti malam-malam pertama bulan puasa kemarin.

Tadi pagi -yang sudah agak siang- saya buka ponsel dan seperti biasa buka Twitter. Ternyata eh ternyata malamnya hingga dini hari tadi bapak Satpol PP melakukan razia. Dari foto di bawah terlihat ada beberapa teteh-teteh yang terjaring. Mungkin saja sebagian yang teringkus merupakan teteh-teteh yang biasa mangkal di sana.

Tumben Pak Satpol PP gelar razia hehe. Padahal biasanya kawasan ini aman dari aksi razia. Bahkan beberapa malam lalu di sekitar mobil patroli polisi yang sedang berhenti, para teteh-teteh itu masih setia berdiri di pinggir jalan menunggu kaum adam yang suka jajan. Entah mobil polisi itu ada orangnya atau tidak.

Ehem, jadi kapan nih pak satpol razia ke tempat panti pijat plusplus dan spa? Hehe…

UPDATE (28/8/2015).
Satu jam setelah tulisan ini diterbitkan, saya seperti biasa pulang ke rumah lewat jalur Kebonjati. Dan apakah yang terjadi di sana? Yap, ternyata para teteh-teteh ini muncul lagi saudara-saudari. Sekitar jam 10 malam itu, jumlahnya ada sekitar 5 orang.

Jadi bagi yang kangen dengan mereka, silakan ke sana saja :p


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.