Zona nyaman


HIDUP yang begitu-begitu saja lama-lama bisa bikin bosan. Tapi hidup yang begitu-begitu saja namun bisa bikin hidupmu nyaman bisa bikin otakmu tumpul. Setidaknya menghilangkan keberanian. Tahu-tahu kamu sudah ada di zona nyaman. Dan tahu-tahu waktumu terbuang sia-sia.

Beberapa tahun lalu, saat masih kerja di perusahaan lama, ada pertemuan yang menghadirkan bos besar dari saudaranya perusahaan. Ya, grupnya perusahaan ini memang sudah menggurita, tak hanya di Bandung, namun sudah masuk ke pelosok kota lain di Jabar.

Pertemuan yang digelar di aula itu dihadiri banyak orang. Saya lupa apa yang disampaikan bos besar itu. Tapi salah satu intinya adalah tentang begitu berbahayanya zona nyaman.

Saat itu, pak bos besar yang perawakannya kecil itu mengatakan bahwa dalam hidup kita harus selalu gelisah. Jangan terlalu lama di zona nyaman. Karena yang begituan bisa bikin hidup kamu tidak maju-maju. Kira-kira begitulah.

Ya. Zona nyaman memang berbahaya. Saya sudah merasakan akibatnya. Setidaknya sudah sejak setahun terakhir hidup rada-rada membosankan. Pekerjaan yang itu-itu saja. Aktivitas yang itu-itu saja. Dan status yang itu-itu saja. Oke, yang ini terlalu lebay, abaikan.

Sebenarnya sudah lama ingin mencoba keluar dari zona nyaman ini. Tapi ya gitu, kadang ketika sudah bertekad mau berubah, pertimbangan-pertimbangan yang sepertinya masuk akal padahal belum tentu terjadi selalu menghantui. Akibatnya kembali ke titik nol.

Kadang jadi merasa seperti Matahachi di novel Mushashi yang selalu kembali ke lembah kenistaan meski sudah berkali-kali bertekad ingin berubah. Hari ini bertekad mau jadi samurai seperti Mushasi, besoknya malah malas-malasan lagi.

Tapi pengalaman beberapa bulan terakhir ini menyadarkan saya bahwa hidup yang begitu-begitu saja bukanlah hidup yang saya mau. Setidaknya bukan hidup yang idealnya saya lalui. Kesadaran yang agak terlambat dan akibatnya fatal. Menyakitkan memang.

Semoga usaha (agak) keras yang beberapa bulan ini saya lakukan segera berbuah manis. Semoga ini salah satu cara saya mendapatkan tantangan baru dan mungkin mencari zona nyaman yang baru, dan moga-moga dengan level yang lebih tinggi.

Setidaknya mungkin ini akan menjadi sedikit pembuktian bahwa saya tidak terlalu jelek seperti yang kamu pikirkan (atau saya pikirkan?). Ya, janji itu masih saya pegang. Janji untuk berubah. Janji untuk keluar dari zona nyaman yang sebenarnya tak nyaman-nyaman banget. Dan kamu tahu itu.

Terima kasih, kamu. Terima kasih atas segala perhatianmu.

Sekali lagi, terima kasih.


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.