Andai saja BlankOn Seperti Slackware


Pertama kali mendengar distro BlankOn waktu acara Ubuntu Release Party yang diadakan oleh mahasiswa STT Telkom (IT Telkom). Waktu itu Pak Andika Triwidada memperlihatkan laptopnya yang telah diinstal BlankOn versi 2 (Konde).

Setelah itu saya mulai ikutan milis blankOn. Tapi, saya elum coba Blankon edisi konde itu, karena selain nggak punya bandwidth yang cukup buat ngunduh, komputer saya masih pentium III dengan memori hanya 128 MB. Saya pikir pasti berat kalau menggunakan BlankOn, karena waktu instal Ubuntu juga ternyata sangat berat.

Waktu rilis BlankOn versi 3 (Lontara), saya coba-coba ngunduh. Tapi karena ngunduhnya di warnet, maka nggak pernah selesai-selesai. Akhirnya saya beli saja CD nya di IGOS Center, di Be Mall. Karena saya sudah ganti komputer, saya coba instal BlankOn di komputer. Selain install BlankOn, saya juga instal zenwalk.

Ternyata pemakaian BlankOn sangat mudah. Hampir semua hardware terdeteksi dengan baik. Dan yang paling menggembirakan: saya bisa langsung setel musik mp3 di BlankOn, sesuatu yang tak pernah saya bisa lakukan di Ubuntu.

Namun hanya beberapa hari saya menggunakan BlankOn. Seleihnya saya banyak menggunakan zenwalk (dan juga windows:)) untuk keperluan sehari-hari. Alasannya simpel, komputer saya tidak terkoneksi dengan internet. Akibatnya saya tak bisa menginstal software-software lain yang waktu itu sangat saya butuhkan, seperti MySQL, PHP, Java, dan yang lainnya.

Memang katanya saya bisa nginstal program-program itu dari DVD repository Ubuntu, yang ada 5 buah itu. Tapi saya -setidaknya sampai sekarang- belum mau beli repo. Bukan apa-apa, saya hanya butuh beberapa software saja, mungkin tidak lebih dari 1 dvd. Jika saya harus beli 5 DVD repo hanya untuk menginstal beberapa sofware saja, saya pikir itu tindakan pemborosan. Maklum jalmi alit.

Hal ini berbeda dengan distro turunan Slackware. Untuk menginstal software saya pikir sangat mudah, karena tidak membutuhkan repo. Saya hanya perlu mengunduh beberapa file dari situs foss-id. Kalau ada file yang kurang (biasanya kelihatan setelah diinstal), saya tinggal ngunduh lagi file yang ketinggalan. Bahkan jika pakai Slackware, saya tidak perlu mengunduh file-file program lagi, kecuali program openOffice. Semuanya ada dalam satu DVD.

Di BlankOn saya pernah ingin menginstal program daluang. Karena saya tidak bisa menggunakan perintah apt-get dan perintah-perintah semacam itu, saya unduh saja file-file daluang (kalau tidak salah yang ada di folder daluang) dari foss-id. Waktu dicoba diinstal, ternyata ada yang kurang. Keesokan harinya saya unduh lagi di warnet. ternyata file yang saya unduh membutuhkan dependensi dengan file yang lain. dan file itu masih butuh file yang lain. Saya sampai nyerah. Padahal saya ingin coba daluang dari dulu, karena dalam cd installer file itu tidak disertakan.

Kalau saja blankOn dibundel seperti Slackware, yang menyertakan paket-paket yang dibutuhkan dalam satu DVD, mungkin saya nggak akan pakai Slackware atau zenwalk. Setidaknya saya akan lebih betah di BlankOn.


0 responses to “Andai saja BlankOn Seperti Slackware”

  1. seiring dgn kepopuleran blankon, mungkin nanti ada yg mau remastering distro sesuai kebutuhan khusus, spt osgx utk anak2 informatika di itb, kuliax, zenwalk utk warnet, ubuntu studio utk multimedia

Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.