Banjir Telah Tiba (Lagi)


Tadi malam (29/1/2010) hujan yang mengguyur Bandung terasa sangat deras. Saking derasnya beberapa jalan di Bandung kebanjiran. Banjir Cileuncang tepatnya. Ini saya ketahui dari kicauan infobdg yang sering melaporkan kondisi jalanan di Bandung.

Bahkan ada teman saya nggak bisa pulang, karena katanya jalannya kebanjiran. Juga teman saya yang kerja di lombok33, katanya bakal mondok di kantor. Tapi, meskipun sudah jam 12.00 malam, saya tetap paksakan pulang, karena males mondok di kantor 😀

Dan benar saja, sebagian ruas jalan menuju rumah sudah kebanjiran. Yang pertama jalan kecil di belakang Soekarno Hatta yang tembus ke Kiaracondong. Beberapa titik di sana tergenang air yang lumayan menyeramkan, karena beberapa titik jalannya berlubang. Yang kedua di jalan terusan Kiaracondong, tepat di depan kompleks Polri Polda Jabar. Di sana, kondisi jalan tidak rusak, namun karena cekung, akhirnya jadi tergenang air. Dan genangannya pun lumayan dalam, lumayan seram untuk dilalui Mio.

Ternyata itu belum seberapa. Ketika melewati jembatan Dayeuhkolot sekitar jam 12.30 malam, saya lihat banyak orang yang bergerombol di pertigaan jalan. Ternyata, jalan yang tembus ke Baleendah diblokir. Bukan karena ada tawuran atau kericuhan. Tapi ternyata jalan sudah tergenang air. Jika jalan itu sudah tergenang, sudah dapat dipastikan daerah Cieunteung sudah kebanjiran. Ternyata bukan daerah Cieunteung saja, karena sepertinya daerah seberang jalan pun sudah mulai tergenang.

Kaget? tidak juga, karena ini sudah terjadi hampir setiap hujan turun, terutama kalau hujannya besar seperti malam kemarin. Bahkan sepertinya warga di sana sudah bisa meramalkan, jika hujan turun dengan kecepatan sekian, maka bakal banjir dengan kedalaman sekian. Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan musibah ini. Juga pemerintah. Jika banjir datang, sediakan saja tempat pengungsian, sediakan dapur umum, sediakan berkardus-kardus mie rebus, evakuasi warga. Beres. Kalau surut, warga kembali, bersihkan rumah dan siap-siap kembali ke tempat pengungsian ketika banjir datang lagi. Dan pemerintah akan sediakan lagi tempat pengungsian. Begitu seterusnya. Sebuah siklik.

Aneh, kenapa ini bisa terus terulang setiap musim hujan. Apa sudah ada upaya dari pemerintah? Waktu saya wawancara sama camat Baleendah Februari tahun lalu (waktu daerah itu kebanjiran juga), katanya sudah ada rencana dari pemerintah, baik pemkab bandung maupun pemprov Jabar untuk menanggulangi masalah banjir ini.

Banyak wacana muncul, mulai dari relokasi penduduk sampai pemapasan curug jompong -yang banyak ditentang aktivis lingkungan. Hasilnya? saya rasa sejak banjir Februari tahun lalu sampai sekarang belum ada langkah nyata dari pemerintah. Semua baru sebatas wacana.

Jadi, selama setahun kemarin, apa saja yang dibicarakan mereka? Hanya berwacana sajakah?

dan sumpah serapah pun keluar dari mulut si sayah


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.