Isola Pos Terancam Dibekukan!


ISOLA Pos adalah nama media yang diterbitkan oleh Unit Pers Mahasiswa (UPM) UPI Bandung. 4 Tahun lalu, saya beraktivitas di organisasi ini. Banyak suka duka. Pekerjaan saya yang sekarang mau tak mau memang gara-gara saya “terjerumus” di UKM ini.

Inilah karikatur yang dipermasalahkan rektorat

Sekarang, UKM tempat saya bernaung dulu, sedang menghadapi masalah dengan rektorat. Majalah yang sudah berumur 20 tahun ini terancam dibredel secara sepihak oleh kampus. Gara-garanya sepele, karena karikatur yang tidak disukai rektor. Lalu masalah merembet ke masalah lain, mulai dari legalitas penerbitan (padahal sudah punya ISSN), hingga masalah disiplin pengurusnya. Lho apa hubungannya??

Sayangnya, saya belum sempat ke kampus. Untuk itu, di bawah ini adalah tulisan dari Pemimpin Redaksi Isola Pos, mengenai kronologis kenapa Isola Pos sampai mau dibredel. Nanti saya perbaharui lagi informasinya kalau sempat ke kampus.


Upaya Pembungkaman terhadap Kebebasan Berpendapat, Berekspresi dan Mengkritik
Oleh Rudini, Pemimpin Redaksi Isola Pos edisi 50

Isola Pos edisi 50 diterbitkan oleh Unit Pers Mahasiswa (UPM) tanggal 6 September 2010. Karena kampus saat itu sudah mulai sepi, maka belum bisa disebarkan. Sesuai dengan kalender akademik 2010/2011 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mulai tanggal 14 September sudah mulai memasuki masa perkuliahan. Tapi mahasiswa belum aktif kuliah walaupun ada beberapa jurusan yang sudah mulai mengaktifkan perkuliahan. Isola Pos edisi 50 pun belum bisa disebarkan secara meluas di kalangan civitas akademika. Karyawan UPI juga hanya setengah hari masuk kerja.

Tanggal 15 September, Isola Pos mengirim 12 eksemplar majalah Isola Pos ke gedung rektorat. Tanggal 16 September, majalah Isola Pos dikirim ke beberapa instansi di UPI seperti fakultas, jurusan dan prodi yang ada di UPI. Beberapa dosen dan pejabat di UPI sudah membaca Isola Pos. Pada tanggal itu juga, Direktur Pembinaan Kemahasiswaan (Dirmawa), Cecep Darmawan mengirim pesan pendek kepada Rudini sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Isola Pos. Isinya meminta beberapa eksemplar majalah Isola Pos. UPM mengirimkan 20 eksemplar kepada Dirmawa, serta 10 eksemplar kepada beberapa karyawan di bagian Akademik UPI.

Keesokan harinya, Dirmawa memanggil Pemred Isola Pos. Pemred dan salah satu staf redaksi Isola Pos pun memenuhi panggilan di ruang kerja Dirmawa. Cecep dengan gayanya yang santai dan sedikit humor mulai menyinggung konten majalah Isola Pos edisi 50. Konten yang pertama dia tanyakan adalah karikatur. Pemanggilan ini merupakan perintah dari rektor UPI kepada Cecep.
Cecep menyampaikan maksudnya, rektor tersinggung alias marah dengan pemuatan karikatur tersebut. Kami pun menjelaskan maksud karikatur tersebut. Karikatur itu dibuat oleh Irman yang pernah menjadi Ketua Umum UKM Eka Prasetya UPI. Dalam karikatur tersebut, Isola Pos tidak bermaksud langsung menyinggung Sunaryo Kartadinata sebagai rektor UPI. Tapi di sana menggambarkan dua oknum (mafia bahasa kasarnya) yang akan memanfaatkan dana kesehatan Rp 100 ribu per mahasiswa 2010 selama rektornya masih Sunaryo. Dua oknum itu tidak bisa Isola Pos sebutkan sekarang namanya karena narasumber Isola Pos tidak mau bicara, sehingga waktunya belum tepat. Tapi ini hanya sebuah karikatur, bukan berita. Sampai disini Cecep belum puas.

Bukan hanya karikatur saja, beberapa kalimat dalam tulisan Isola Pos membuat rektor tersinggung dan marah. Yaitu dalam tulisan rubrik editorial berjudul “Utak-Atik Pembantu Rektor”, rubrik kampus yang berjudul “Jalan Sempit Program Kesehatan” dan rubrik Laporan Utama yang berjudul “Si Pengemudi Para Pembantu”.

Ternyata tidak hanya itu, entah rektor atau Cecep yang keberatan, tapi saat itu Cecep menyampaikan bahwa tulisan dalam rubrik kampus berjudul “Coba-coba Langgar Hukum” seharusnya tidak dibahas oleh Isola Pos.

Semua keberatan yang disampaikan Cecep pun Isola Pos jelaskan. Di akhir perbincangan dengan Cecep, tiba-tiba ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Suherman datang ke ruang Cecep. Tiba-tiba saja dia mengkritik isi pemberitaan Isola Pos yang dianggap tidak etis dan diminta Isola Pos jangan memuat tulisan-tulisan yang membuat citra UPI buruk. Sunaryo juga berasal dari jurusan PPB.
Tiba-tiba keluar celetukan Cecep. “Tuh, bukan saya saja yang ngomong gitu, pak Suherman juga ngomong gitu.” Kami jawab, “Kalau dosen biasa justru mendukung Isola Pos.” Cecep membalas, “Saya juga dosen.” Kami balas, “Maksudnya dosen tanpa jabatan di UPI.” Cecep pun diam, kami pun pamit keluar ruangannya. Tapi salah satu staf redaksi Isola Pos ditahan oleh Suherman karena salah seorang staf redaksi itu adalah mahasiswa Suherman. Suherman di hadapan staf redaksi Isola Pos (Isman R. Yusron) seperti melakukan interogasi, intinya supaya Isola Pos jangan menulis berita tentang keburukan UPI lagi. Padahal sudah kami jelaskan kepada mereka bahwa, Isola Pos tidak pernah mencari-cari kesalahan UPI untuk dijadikan tulisan. Isola Pos hanya menjalankan fungsi pers, yaitu kontrol sosial. Tapi mereka tak mau mengerti.

Sampai di sini, kami anggap ini hanya teguran biasa. Senin, 20 September Cecep menghubungi Pemred Isola Pos lagi. Dia minta pihak Isola Pos menghadap Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kemitraan UPI, Dadang Sunendar. Pada hari itu juga, Isola Pos menghadap Dadang. Yang menghadap Dadang tiga penggarap Isola Pos, Siti Haryanti (Pemimpin Umum Isola Pos), Rudini (Pemimpin Redaksi Isola Pos), dan Nurjaman (salah seorang staf redaksi Isola Pos).

Permasalahan yang disampaikan Dadang sama dengan Cecep. Dadang ternyata tidak sendirian, dia minta ditemani oleh Cecep, Cecep pun datang di ruang rapat gedung rektorat. Kami pun menjawab apa yang menjadi keberatan rektor. Kami juga memotret dan merekam isi perbincangan tersebut, durasi perbincangan itu 1 jam lebih 27 menit 10 detik (jika kawan-kawan menginginkan rekamannya, kami bisa berikan).

Di akhir perbincangan, pihak rektorat menginginkan Isola Pos meminta maaf kepada rektor atas karikatur dan beberapa kalimat dalam tulisan Isola Pos. Kami tak memenuhi permintaan mereka. Mereka pun menyatakan tidak puas terhadap pernjelasan Isola Pos. Karena tidak puas, mereka menyatakan bahwa kemungkinan rektor akan memanggil Isola Pos atau diselesaikan oleh Komisi Disiplin Mahasiswa UPI. Yang lebih parah, mereka mengancam masalalah ini bisa dibawa ke pengadilan atas tuntutan pencemaran nama baik.

Mereka meminta kepada Isola Pos supaya menggunakan gaya bahasa yang sopan dan etis. pemilihan tema pun diminta supaya jangan mengangkat permasalahan UPI yang jelek terus.

Cecep menyarankan kepada Dadang supaya ada penertiban kemahasiswaan, yang intinya penertiban berpendapat dan mengkritik. Mereka juga memperluas masalah ini sampai kepada nama penasehat yang tercantum dalam kotak redaksi, terutama nama Dwi Joko Widiyanto dan Tugas Suprianto. Nama Zakaria Soeteja sebagai penasehat Isola Pos tidak dipermasalahkan Cecep dan Dadang karena pihak rektorat sudah mengenal Zakaria sebagai dosen UPI. Pihak rektorat meminta nama Tugas dan Dwi Joko sebagai penasehat Isola Pos mesti dihilangkan dan diganti oleh dosen UPI karena dua penahehat ini bukan dosen UPI, tapi alumni Isola Pos yang secara otomatis pasti alumni UPI juga. Kami keberatan. Karena permintaan ini sudah melebar dari permasalahan utama. Sungguh terlalu.

Mereka juga mempertanyakan surat izin penerbitan Isola Pos. Tapi kami hanya bisa menyebutkan surat keputusan UPM dari rektorat. Kita tahu, sejak runtuhnya simbol orde baru tidak ada lagi surat izin penerbitan, tapi kenapa mereka mempertanyakan surat izin penerbitan Isola Pos. Secara tidak langsung mereka meragukan kelegalan majalah mahasiswa Isola Pos yang diterbitkan oleh salah satu UKM UPI, Unit Pers Mahasiswa UPI.

Sampai disini juga, kami masih bisa mempertahankan argumentasi Isola Pos dan tidak akan meminta maaf kepada rektor. Ada beberapa alasan, tapi yang kami sebutkan bahwa dengan meminta maaf, Isola Pos sama saja telah meruntuhkan kebebasan mahasiswa untuk berekspresi dan berpendapat terutama kebebasan menyampaikan aspirasi civitas akademika UPI.

Kami bertanya kepada Cecep, kenapa rektor tidak memanggil Isola Pos saja, kenapa mesti bawahannya yang memanggil supaya kami bisa langsung menjelaskannya kepada rektor? jawaban Cecep, itu memang karakter pribadi Sunaryo yang tidak mau berhadapan langsung dengan mahasiswa, bukan karena posisi rektornya, “Kalau saya yang jadi rektornya, saya mah siap-siap aja berhadapan dengan mahasiswa.”

Rudini menimpali, “Iya pak, tiap kali saya minta wawancara kok susah banget, kemarin saja dia menjawab pertanyaan Isola Pos lewat tulisan doang.”

Selasa, 21 September, Pemred Isola Pos menerima panggilan dari salah seorang Dewan Pers menanyakan permasalahan ini. Kami tidak tahu dari mana dewan pers memperoleh informasi tersebut. Beberapa menit kemudian, Pemred Isola Pos menerima panggilan dari jurnalis ANTV. Jurnalis ini mendapat info tersebut dari anggota Dewan Pers. Dia meminta supaya masalah ini diekspos, tapi kami tidak mau masalah ini diekspos ke media umum dulu. Kami akan mengekspos masalah ini jika rektor sudah melakukan langkah-langkah untuk membungkam Isola Pos. Pada hari itu juga, ternyata rektor sudah membuat langkahnya, dibahas lah masalah ini di Komisi Disiplin Mahasiswa UPI.

Anggotanya Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kemitraan, Dirmawa (Cep Dar), divisi hukum UPI (Astim Riyanto), bagian kemahasiswaan dan pembantu dekan bidang akademik dan kemahasiswaan setiap fakultas, Sekretaris Jendral (Sekjend) Forum Komunikasi UKM UPI dan beberapa anggota yang bukan dari unsur tersebut. Yang kami sebutkan yang hadir saja.

Setelah pertemuan untuk membahas Isola Pos, Sekjend FKUKM menemui Isola Pos. Dia sedikit bercerita mengenai pembahasan di Komisi Disiplin itu. Begini kutipan dari Sekjend FKUKM: Ada beberapa anggota Komisi yang mengaku-ngaku pernah jadi bagian Isola Pos, seperti Astim, Jajang dan beberapa orang lainnya yang tidak saya kenal. Anehnya, mereka mengaku pernah di Isola Pos tapi tidak ada satu pun yang memberikan pembelaan terhadap Isola Pos. bahkan mereka ngomongnya, “Perasaan dulu Isola Pos tidak sekasar ini.” Terus saya tanggapin saja. “Ya jelas, dulu kan jaman orde baru, banyak kehati-hatian.”

Kalau saya, tetap akan membela Isola Pos karena saya mendukung tulisan Isola Pos yang kritis. Bahkan jika Isola Pos sampai ditindas rektor, saya yang pertama kali turun tangan. Cukup di sini kutipan dari Sekjend karena terlalu panjang.

Kami juga memperoleh Informasi bahwa, rektor menginginkan Isola Pos harus dibekukan. Selain itu, ada lagi informasi bahwa, Cecep menginginkan Isola Pos jangan dibekukan, jika menggunakan bahasa lembutnya ditertibkan saja Isola Pos itu. Entahlah, seperti apa yang dimaksud dengan ditertibkan.

Bahkan Cecep dan Dadang memanggil Sekjend FKUKM UPI supaya forum ini membuat pernyataan sikap terhadap Isola Pos, yaitu keberatan atas konten Isola Pos edisi 50. Intinya supaya FKUKM memihak kepada rektor. Ternyata Sekjen FKUKM tidak mau, dia sejalan dengan Isola Pos. Ini merupakan bentuk dukungan moril kepada Isola Pos.

Rencananya akan ada kelanjutan dari Komisi Disiplin Mahasiswa UPI terhadap permasalahan Isola Pos dengan rektor. Dan Komisi Disiplin ini akan memanggil Isola Pos. Kami juga memperoleh informasi, bahwa dengan bergeraknya komisi ini Isola Pos dituntut untuk meminta maaf kepada rektor. Rektor akan berhenti mengintimidasi Isola Pos jika sudah minta maaf. Kami katakan, Isola Pos tidak akan meminta maaf selama kami berada pada jalur yang benar dan bisa menyampaikan argumentasi kami. Kami khawatir, hal ini akan berdampak terhadap pembungkaman kepada semua mahasiswa UPI yang ingin berpendapat, berekspresi dan mengkritik.

Mengenai masalah ini, kami akan selalu teringat dengan sajak Wiji Thukul: “Apabila usul ditolak tanpa ditimbang. Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan. Dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: Lawan!”

Bandung, 21 September 2010.

download Isola Pos edisi 50
di sini
Atau di sini


0 responses to “Isola Pos Terancam Dibekukan!”

  1. Nah gini ini, serunya jadi mahasiswa… 😀 :music: :music:

    _____________________

    betul gan.. hidup mahasiswa!
    😛

Leave a Reply to Asop Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.