Ketika Bocah Ingusan Belajar Bisnis


ALKISAH ada dua orang bocah yang memiliki cita-cita tinggi ingin membuka usaha baru. Sebenarnya bukan sesuatu yang baru, namun karena bisnis tersebut sangat menjanjikan, maka mereka tergiur. bisnis yang mereka buka sesuai dengan apa yang dipelajar di bangku kuliah. Bisa dibilang, ini merupakan salah satu bisnis idaman para lulusan. Dengan semangat yang berapi-api, mereka mempromosikan bisnis mereka ke berbagai khalayak. Meski oleh sebagian orang promosi mereka terlalu berani dan sedikit mengganggu, mereka jalan terus. Semuanya dijalani gemi mendapatkan konsumen.

Waktu terus berjalan, dan konsumen pun telah mereka dapatkan. Banyak malah, karena promosi yang gede-gedean dan harganya yang relatif lebih murah dari pada yang lain. Meski konsumen kadang mengeluh karena sekali-kali ada gangguan, namun itu dianggap sebagai riak-riak dalam berbisnis. Toh tak selamanya dalam berbisnis semuanya berjalan lancar. Dan (sebagian) konsumen pun maklum. Yang penting, semuanya bisa berjalan normal kembali.

Lalu, ketika bisnis ini sudah mulai berjalan hampir setahun, timbul masalah. Entah apa sebabnya, sehingga di antara mereka timbul riak-riak perpecahan. Lama-lama, masalah semakin besar, sehingga layanan terhadap klien terganggu. Konsumen yang tidak tahu apa tiba-tiba merasakan layanan mereka. Semua tak bisa diakses.

Parahnya, bukannya segera menyelesaikan masalah intern mereka dengan baik-baik, mereka malah ribut di jagat maya. Semua saling tuding, saling maki. Konsumen yang tak tahu apa-apa dibuat bingung. Siapa yang salah? Siapa yang benar? Dan mereka pun akhirnya tahu kenapa mereka dirugikan.

Salah seorang di antara mereka, katakanlah A, menuding bahwa si B telah berbuat yang tidak menyenangkan dan membawa semua aset perusahaan. Akibatnya, Si A mesti mengelola perusahaan yang baru seumur jagung ini sendirian. Namun, karena tak kuat, perusahaan ini pun kolaps. Si A tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ketika konsumen mulai berteriak-teriak.

Sebaliknya, Si B menuding bahwa si A-lah yang telah melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan. Akibatnya dia memutuskan keluar dan membangun usaha baru. Apalagi dia telah mendapat investor baru, dan berusaha mengalihkan sebagian konsumen ke perusahaan barunya tesebut.

Dan akhirnya, karena masalah internal mereka berdua yang belum dewasa (baik secara umur maupun pemikiran) semua konsumen dirugikan. Tak hanya rugi uang, juga rugi waktu dan pikiran. Selamat bersedih bagi konsumen.
*Pernah ditulis di sini


0 responses to “Ketika Bocah Ingusan Belajar Bisnis”

Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.