Mencoba BlankOn Rote


panel-rote

SEJAK beli laptop pada Januari 2011, saya sudah pasang BlankOn (di samping windows dan Slackware :D). Kalau nggak salah, waktu itu saya pakai versi 6, lalu ke 6.1 alias Ombilin. Waktu BlankOn keluarkan versi Pattimura, dengan senang hati saya lakukan upgrade.

Pada 17 Agustus kemarin, para pendekar BlankOn kembali mengeluarkan versi terbaru, BlankOn Rote. Seusai Lebaran, dengan senang hati saya pun kembali mengunduh versi terbaru ini. Versi kemerdekaan :D.

Awalnya saya males install ulang, memilih upgrade saja. Tapi berdasarkan hasil konsultasi di milis, lebih baik diinstall ulang saja, karena versi sekarang sudah meninggalkan Ubuntu dan pakai upstream Debian. Bisa sih diupgrade, tapi para pendekar nggak menjamin hasilnya baik.

Baiklah, karena saya hanya seorang pendekar wannabe, saya putuskan instal ulang saja, meski malas, soalnya banyak program yang sudah saya pasang. Mulai dari Blender, Gimp, Inkscape, hingga program seperti Arduino IDE dan ROS.

Inilah kehebatan BlankOn menurut saya. Buat para pemula, saya pikir BlankOn cukup baik untuk dicoba. Untuk menginstallnya sangat mudah, hanya sekitar 3 langkah saja. Ya, sesimpel itu.

Langkah pertama (tentunya setelah file iso dibakar di CD atau flashdisk), kita diminta menentukan bahasa dan timezone. Kedua, pilih tempat partisi mana yang akan dipasang. Karena saya sudah memasang Linux sebelumnya, saya tinggal pilih partisi yang sebelumnya sudah dipasang BlankOn 7.

Ketiga, mengisi data username. Berupa nama user, nama komputer, dan password. Setelah itu, biarkan komputer bekerja sendiri. waktunya pun singkat, tak lebih dari 15 menit. Itu saja.

destop+docky
destop BlankOn plus Docky

Baiklah, saatnya sok-sokan mereview BlankOn terbaru ini. Jika dibandingkan dengan versi sebelumnya, dari tampilan ada banyak perbedaan mencolok. Yang paling terlihat tentunya ada perubahan logo tidak lagi pakai logo berwarna hijau.

Tampilan destop pun berubah. Sekarang panel bar kembali pindah ke atas, yang asalnya di bawah. Tidak ada lagi BlankOn Panel, dan diganti dengan Manokwari. Selain itu, tidak ada lagi tampilan jam yang biasanya menempel di bagian kanan bawah. Penempatan panel di atas saya rasa lebih baik, meski untuk sementara masih kagok karena belum terbiasa :D.

panel-rote

Penampilan Manokwari mirip dengan Blankon panel, tapi saya rasa lebih baik. Hanya saja, jika kita habis install suatu program, tidak otomatis langsung masuk ke Manokwari. Sepertinya Manokwarinya harus direstart dulu, baru masuk. Itu pun nggak semua (install google chrome manual ternyata tidak masuk ke sana).

Untuk pembacaan perangkat keras, Rote sangat baik. Setidaknya untuk Laptop saya, Acer 4738z, semuanya langsung dapat digunakan. Bahkan modem saya, Pantech, langsung dapat dipakai, tanpa harus tahu password + username-nya :D.

Supaya benar-benar terkesan seperti review, mari kita bahas kekurangan Rote :D, sejauh yang saya rasakan sampai saat ini.

Pertama, Synaptics manager paket nggak bisa ganti repositori secara GUI, harus sedikit kerja keras. Untuk mengganti repo default, harus langsung edit file /etc/apt/sources.list. Padahal di Synaptics ada menu untuk mengubah reponya.

Masih di Synaptics, ternyata fasilitas quick filter tidak bisa digunakan untuk mencari program yang akan diinstall. Padahal biasanya fasilitas ini sangat membantu mencari program yang dibutuhkan di tengah membeludaknya aplikasi yang tersedia. Untuk mencari, harus menggunakan fasilitas Cari. Sedikit ribet memang, tapi lumayanlah hehe.

synaptics

Masih di bagian pasang-pasang aplikasi, saya kesulitan memasang flash plugin. Padahal ini penting bagi saya yang banyak mengakses Youtube :|. Untunglah setelah (kembali) menginstal Google Chrome, saya nggak perlu instal plugin flash. Meski di Firefox dan Chromium ini masih nggak jalan. Kenapa bisa begitu ya?

Terakhir di bagian pasang aplikasi, Gdebi yang berguna untuk menginstal program secara manual (dari file .deb) ternyata tidak jalan. Ketika dijalankan lewat terminal (gksudo gdebi namafile.deb) ternyata ada error-error yang saya nggak ngerti.

Tapi tenang, kita masih bisa pasang file .deb kok. Dari hasil saran para pendekar di milis, kita tinggal ketik di terminal (sebagai root)

# dpkg -i namafile.deb

Ada satu lagi, entah ini error atau apa. Setelah berhasil memasang BalnkOn, ada indikator di panel bar. Isinya ternyata kumpulan error. Saya nggak tahu ini error apa lagi.

error

Untuk tampilan, huruf di Manokwari saya rasa terlalu besar. Untunglah ini dapat diedit, jadi sedikit lebih nyaman (nanti dibahas di tulisan lain, kalau sempat :D). Selain itu, tampilan ikon di panel bar atas kurang baik. Indikator batere laptop misalnya, meski sudah tinggal kurang dari setengahnya, tampilannya tetap batere full. Ketika dicharge pun terkadang ikonnya tetap batere full, sekali-kali ikon lain.

indikator baterai

Terakhir, di laptop saya, kembali terjadi kesalahan pembacaan waktu. Kalau nggak salah, ini pernah terjadi ketika saya install Slackware 13.37. Waktu yang terbaca kelebihan 7 jam, tidak sesuai pembacaan di BIOS. Kalau saya ubah manual lewat jendela Pengaturan Waktu dan Tanggal, ketika pindah ke OS lain -yang dicoba baru windows 7- jam di sana malah yang error.

Hmm.. untuk sementara sepertinya sekian dulu (sok) review Rote-nya. Mari kita ulik lagi, supaya menjadi lebih cantik :). Merdeka!


0 responses to “Mencoba BlankOn Rote”

  1. disuruh komen.. tp bingung mau komen apa… dibayar untuk komen aja ga.. gimana mau semangat untuk komen.. tp yah.. untuk blog sepi pengunjung kyk gini mah,, komen saya gratislah.. tp ntar bayar yah klo udh kelihatan rame.. yaaa itung-itung ni komen promo lah… 🙂

  2. wiih, keren. entah kenapa masih belum minat install sendiri, padahal sering make 😀
    lieur….

Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.