Bandung 202: Nasib proyek Pedestrian Baksil


[A]LKISAH, pertengahan 2011 digelar sebuah kompetisi bergengsi: mendesain jembatan Jalan Siliwangi. Hasil karya sang juara pun akan diterapkan untuk membangun jembatan tersebut yang rencananya dimulai Desember 2011. Namun hingga hari jadi Bandung ke-202, proyek itu seperti lenyap. Seolah tak pernah ada. Hilang.

Tak hanya mencari desain terbaik saja, tentu. Pemenang sayembara itu pun berkesempatan mewujudkan karyanya di kawasan Babakan Siliwangi itu.

Sayembara itu pun mendapatkan respons positif, tak hanya dari arsitek urang Bandung, dari luar kota pun banyak yang ikut. Setidaknya ada 56 karya yang masuk. Dari jumlah tersebut, terpilihlah 10 desain terbaik.

Pada minggu pertama Juli 2011, kesepuluh peserta itu pun berhak menyampaikan presentasi di hadapan dewan juri. Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda menjadi salah satu jurinya. Saat itu, Ayi menegaskan, desain terpilih akan segera direalisasikan secepatnya. “Kita harapkan Desember nanti sudah rampung, sehingga jembatan itu sudah bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujar Ayi kala itu.

Harapan para juri -termasuk Pemkot- memang sangat tinggi untuk mewujudkan proyek tersebut. Pertama, sayembara itu sepenuhnya dibiayai sponsor, bukan dari APBD. Kedua, bisa jadi jembatan ini menjadi simbol baru Kota Bandung selain Pasupati.

Ayi mengatakan, desain yang masuk sangat bagus dan layak untuk direalisasikan. para peserta pun, kata Ayi, cukup berhasil menampilkan ikon Bandung dalam karyanya.

Hal senada diungkapkan seniman asal Bandung, Tisna Sanjaya. Saat itu, Tisna mengatakan bahwa desain yang terpilih nantinya memang layak untuk direalisasikan ke dalam bentuk nyata. Bahkan dia mengusulkan semua desain yang masuk ditampung dan direalisasikan di jembatan-jembatan di Bandung.

Lalu tibalah saat pengumuman. Dari sepuluh peserta, akhirnya arsitek jebolan ITS Surabaya berhasil memenangi sayembara bergengsi itu. Desain jembatan berjudul Jembatan Kujang Siliwangi itu berhasil menarik perhatian para juri. Sesuai rencana semula, seharusnya akhir tahun 2011 desain karya Akhmad Zaki sudah mulai direalisasikan. Tapi apa yang terjadi?

Tiba-tiba saja di kawasan itu berdiri sebuah papan reklame berukuran besar, jenis reklame bando. Letaknya persis di tepi jembatan Siliwangi yang sedianya akan dirombak total.

Anehnya, keberadaan bando ini ternyata tidak diketahui Pemkot. Setidaknya mereka tidak sadar bahwa seharusnya izin bando tidak boleh tepat di dekat jembatan.

Ketika terekspos media, gegerlah peristiwa itu. Banyak yang protes terhadap keberadaan bando itu.Tapi semua pihak saling tuding, seakan tak ada yang mau bertanggung jawab. Setelah mendapat banyak tentangan, akhirnya Pemkot memerintahkan bando tersebut digeser agak menjauh dari kawasan jembatan.

Apakah perintah itu dilaksanakan? Entahlah, yang pasti sampai Bandung memasuki usia ke-202 tahun, bando itu masih berdiri tegak di kawasan jembatan. Alih-alih dibongkar, bando itu kini malah dipasangi iklan partai penguasa, yang juga penguasa Bandung saat ini. Warna tiang bandonya tampak serasi dengan iklan yang ditampilkan. Iklan berisi ucapan selamat ulang tahun bagi partai berlambang bintang mercy yang ke-11.

Lalu bagaimana nasib desain hasil karya Akhmad Zaki? Entahlah, mungkin berakhir hanya sampai maket saja. Tapi kita tunggu saja, apakah ada keberanian dari Pemkot untuk kembali mengusut kasus ini atau tidak.

*tadinya mau sekalian belajar nulis feature, malah jadinya seperti ini :D. Selamat hari jadi buat Bandung, semoga semoga semoga*


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.