Jarak yang sama, waktu yang semakin lama


7 tahun lalu. pertama kali naik motor ke kota Bandung. Membelah kota dalam arti sebenarnya. Dari ujung selatan Kota Bandung ke ujung utara Kota. Hampir setiap hari melewati jalur Jl Mohammad Toha, Pasirkaliki, hingga Setiabudhi.

7 tahun lalu, melahap jarak sepanjang 25 kilometer cukup melelahkan. Menghadapi kemacetan di beberapa titik, dari Dayeuhkolot, Astannaanyar, hingga Setiabudi bawah. Meski macet, waktunya tidak terlalu lama, hanya 70 menit saja dengan kecepatan biasa-biasa. 40 menit dari rumah sampai Tegallega, 30 menit sampai Setiabudi.

Bandingkan jika naik angkutan umum. Kalau pagi, naik elf atau bus Pangalengan hingga Kebonkalapa, lalu dilanjut naik angkot Ledeng atau jalan kaki ke Astanaanyar nunggu Damri. Waktunya bisa 2-2,5 jam. Atau 120-150 menit. Kalau naik angkot dari rumah, bisa lebih lama.

Tapi itu dulu. Sekitar 7 tahun lalu dan beberapa tahun sesudahnya. Kini? Ya coba saja sendiri naik motor -jangan mobil- di siang hari. Atau pagi dan sore hari, ketika banyak yang berangkat dan pulang kerja atau sekolah. Dijamin anda akan stres duluan.

Seperti tadi siang. Dari Soreang ke Pasirkaliki yang jalannya relatif nggak banyak belok-belok butuh waktu hingga 1,5 jam dengan motor berkecepatan sedang karena nggak bisa ngebut. Belum sampai setiabudi. Itu pun sudah pakai jalur alternatif yang (seharusnya) relatif nggak terlalu macet.

Juga jarak di dalam kota. Jarak Pasirkaliki-Gatot Soebroto yang sebenarnya nggak terlalu jauh, bisa menghabiskan waktu hingga setengah jam. Juga dari Gatotsoebroto-Pasteur. Macet di mana-mana. Di mana-mana macet. Stres di mana-mana. Di mana-mana stres.

Inilah (kota dan kabupaten) Bandung kita hari ini. Selamat menikmati.

Btw, judulnya berima. Keren juga ya. haha.
Btw lagi, maaf teh nita, saya mah ga sesuai tema, ga bisa nulis cerpen haha..


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.