Mau ada minimarket di kampung kami


Sedang sibuk mengarang indah untuk bahan ajar, di depan rumah ada saudara yang mau ketemu pun mamah. Ternyata ada hal penting yang akan dirundingkan. Saya pun ikut dipanggil. Ada apa??

Saudara yang rumahnya hanya terhalang satu rumah itu ternyata sedang keliling ke rumah-rumah di kampung saya. Ada satu masalah genting di kampung kami yang harus segera diselesaikan.

Tanpa sepengetahuan warga, ternyata bakal ada minimarket di kampung kami. Kampung yang jalannya dibeton sepotong-sepotong oleh bapabupati dan banyak kuda di siang hari.

Kontan saja rencana ini banyak ditentang oleh sebagian besar warga. Terutama warga yang membuka warung di rumahnya.

Saya pun kaget. Apalagi minimarket yang rencananya bakal dibuka di dekat masjid itu katanya sudah mendapat persetujuan dari warga via RW dan sudah disetujui juga oleh kepala desa. Wew, kapan warga diminta persetujuan?

Apalagi -sependek pengetahuan saya- Pemkab Bandung masih memberlakukan moratorium izin minimarket. Tapi kalau dilihat yang sudah-sudah memang masalah perizinan tak pernah dianggap serius oleh para pengusaha minimarket.

Makanya, saudara saya keliling ke rumah-rumah untuk minta tanda tangan penolakan pendirian minimarket itu. Apalagi setelah beliau menghubungi bupati, dalam pendirian minimarket harus ada izin dari tetangga atau warga. Lah ini ujug-ujug ada izinnya.

Bisa dibayangkan kalau minimarket ini jadi, mungkin warga yang buka warung di rumahnya bakal lebih sepi lagi. Apalagi kalau minimarket ini jual barang yang biasa dijual di warung-warung kecil.

Ya saya sendiri sih tak anti-anti banget sama minimarket. Kalau mau beli air misalnya, dibanding beli dari penjual di pinggir jalan, saya biasanya lebih memilih beli di minimarket, entah itu yang mereknya betamart maupun indoapril. Lah tadi malam saja baru belanja batere di minimarket 😐

Alasannya? Karena harganya normal. Contohnya, Jumat kemarin saya beli akua botol di tukang baso yang jualan di tempat parkir Alun-alun. Harganya? Luar biasa, lima ribu rupiah saja. Padahal kalau di toko atau minimarket paling tiga ribu saja.

Tapi ya itu di kota, ketika harganya suka dinaikkan tak terkira. Kalau di kampung ya janganlah kalian para pemodal besar mematikan para pedagang kecil. Kalau mau rakus ya pilih-pilih tempat lah bos…


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.