Ketika sebuah proyek opensource ditinggalkan pemiliknya


Ada banyak kelebihan sebuah proyek ketika diluncurkan sebagai proyek opensource. Salah satunya adalah kemungkinan keterlibatan orang lain dari seluruh penjuru dunia yang memang berminat dalam proyek tersebut. Tapi bukan berarti sistem ini sempurna. Seperti halnya seluruh sistem di dunia ini, tidak ada hal yang sempurna.

Seperti nasib proyek opensource crayon syntax highlighter yang kini terbengkalai ditinggalkan pemiliknya. Padahal, sebelumnya plugin untuk platform WordPress ini banyak dipakai oleh para blogger ketika ingin menampilkan snippet kode dalam tulisannya.

Meski sudah agak lama tidak ada update versi terbaru (terakhir commit pada Januari 2018), plugin ini masih berjalan dengan baik. Lalu tiba-tiba negara Api menyerang. Seiring dengan update WordPress ke versi 5.x yang membawa editor baru: Gutenberg, plugin crayon tiba-tiba tidak lagi bisa digunakan dengan baik.

Hal ini baru saya sadari ketika baca postingan ini, kok yang muncul hanya judulnya saja? Waktu saya lihat di dashboard, tulisannya masih ada, artinya ada sesuatu sedemikian sehingga wordpress tidak bisa membaca konten tulisan tersebut.

Benar saja, masalahnya ada di plugin crayon yang saya gunakan untuk menampilkan kode di blog. Saat kodenya dihapus, kontennya muncul, namun saat dimasukkan kembali, kontennya hilang lagi. Dari hasil berselancar di reponya, ternyata bukan saya saja yang mengalami nasib serupa.

Beruntunglah masih banyak orang baik di dunia ini. Dari diskusi di sini, ternyata ada usaha dari orang-orang baik dan pintar agar supaya plugin ini tetap hidup, atau minimal tulisan yang menggunakan plugin crayon tetap dapat menampilkan snippet kode.

Dari diskusi di atas, terlemparlah saya ke diskusi ini. Plugin EnlighterJS ternyata bisa jadi penyelamat. Setidaknya konten blog saya masih bisa muncul meski mungkin beberapa kodenya tidak tampil. Terima kasih pak Andi. Semoga EnlighterJS versi 4 segera rilis.

Sekian curhat malam ini.

Ditulis sambil ngasuh anak yang lagi pilek disambi mendengarkan podcast Gustika.


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.