Pemilu


Hari pencoblosan Pemilu 2024 akhirnya selesai juga. Dari hasil quick count kita sudah tahu siapa pemenangnya. Ya siapa yang bisa melawan calon yang dibantu wasit. eh.

Bagi saya, pemilu kali ini sepertinya lebih tegang daripada pemilu 2019. Lima tahun lalu, meski sudah tidak jadi wartawan sehingga nggak harus mantau berita setiap saat, saya tidak terlalu merasakan ketegangan, baik di media sosial maupun dunia nyata. Ya meski kadang beberapa kali harus sedikit getreng dengan senior di sebuah grup whatsApp karena mereka suka sekali kirim berita hoax :D.

Bagi saya, pemilu kali ini sepertinya lebih tegang daripada pemilu 2019. Lima tahun lalu, meski sudah tidak jadi wartawan sehingga nggak harus mantau berita setiap saat, saya tidak terlalu merasakan ketegangan, baik di media sosial maupun dunia nyata. Ya meski kadang beberapa kali harus sedikit getreng dengan senior di sebuah grup whatsApp karena mereka suka sekali kirim berita hoax :D.

Banyak yang bilang pemilu kali ini merupakan pemilu terburuk semenjak reformasi 26 tahun silam. Sangat kentara sekali bagaimana pemerintah yang idealnya berlaku netral malah seakan-akan membantu salah satu calon. Mulai dari presiden hingga para menteri, dan jangan dilupakan kiprah sang paman yang manuvernya aduhai sekali. Maka akan menjadi hal yang luar biasa jika pasangan 02 tidak bisa menang telak satu putaran.

Sebagai rakyat biasa yang tidak terlalu memantau perkembangan politik tanah air, berbagai kebijakan pemerintah selama 5 tahun terakhir tidak terlalu saya pedulikan. Tapi begitu nonton film Dirty Vote yang menghebohkan itu (dan beberapa artikel di majalah Tempo edisi sebelum pilpres), ternyata begitu banyak kebijakan yang dibuat agar dinasti pak lurah terus berkuasa, setidaknya masih punya kuasa.

Ternyata jika dirangkai dengan baik, berbagai kebijakan itu bermuara pada pilpres saat ini. Sungguh mind blowing. Bagi sebagian orang, langkah presiden adalah langkah yang brilian, sementara bagi yang lain itu merupakan langkah licik dan culas. Mana yang benar? Tergantung di mana kita berpihak :D.

Sebagai rakyat yang tak pernah memilih pak Prab selama beliau menjadi capres/cawapres, tentu saja saya kecewa ketika pasangan ganjil kalah oleh pasangan genap ini. Apalagi ketika kemenangannya cukup telak sehingga peluang pemilu 2 putaran sangat tipis. Tapi, mengutip sebuah twit yang saya lupa punya siapa, itulah seninya demokrasi.

Duh tulisan ini sepertinya terlalu serius. Padahal niat awal saya nulis ini adalah sebagai catatan yang semoga saya baca di 2029 nanti. Apakah segala kekhawatiran yang disebutkan berbagai pihak ketika 02 berkuasa akan terjadi atau tidak.

Apakah dalam lima tahun ke depan kita masih bisa berbicara dengan bebas tanpa khawatir tiba-tiba ditangkap aparat? Apakah kita masih harus meminjam nama Wakanda untuk sekadar menumpahkan kekesalan kepada pemerintah? Apakah pemerintah akan semakin sewenang-wenang ketika membuat UU seperti halnya UU Cilaka dan UU KPK?

Semoga saja tidak. Semoga saja apa yang dijanjikan kubu 02 bisa terlaksana dengan baik (yes anak saya bisa makan siang gratis). Semoga saja ada oposisi yang kuat di DPR sehingga bisa mengontrol segala kebijakan yang dibuat Pak Prab. Semoga Pak Prab selalu sehat selama menjabat, mengingat usia beliau sudah senja.

Hanya waktu yang bisa menjawab. Kepada kamu, ya kamu pemilik blog ini (semoga tidak dibredel), coba baca blog ini lima tahun lagi (kalau blognya masih hidup) dan jawab pertanyaan-pertanyaan di atas.


Ada komentar?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.