Category: ngabulatuk
-
Mencari rekan kerja yang cocok itu seperti mencari jodoh
Read This PostMencari rekan kerja yang cocok itu seperti mencari jodoh. Susah-susah gampang. Ketika sudah menemukan orang yang dinilai cocok, eh dia gagal di interview berikutnya. Jika ternyata belum dapat-dapat juga, apakah standarnya yang ketinggian?
-
Ambruk
Read This PostMinggu lalu, ketika mau pulang mudik, lemari portabel yang saya beli 3 bulan lalu sebelum menikah mulai menunjukkan keanehan. Lemari yang biasanya berdiri tegak itu mulai miring ke belakang. Tapi karena buru-buru mau menjemput ehem istri dan pulang, saya biarkan keadaan itu berharap tidak ada apa-apa.
-
Lebaran
Read This PostSelamat lebaran. Selamat Idulfitri (tidak pakai kata ‘hari raya’, karena kata pak Ivan Lanin, Idulfitri sudah bermakna hari raya). Selamat hari raya makan-makan. Taqobbalallahu minna wa minkum. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt.
-
Hola!
Read This PostSelamat tahun 2017 gaes! Setelah sekian lama blog ini terombang-ambing dalam ketidak pastian dari si pemiliknya, akhirnya ada tulisan baru lagi di blog ini. Itu pun tulisan tidak jelas yang menjelaskan mengenai apologi si pemilik blog yang sampai dua bulan lebih tak pernah menulis lagi. Kasihan banget.
-
Ngadu bagong
Read This PostKampung kami sebenarnya bisa dibilang relijius. Setidaknya di RT tempat tinggal keluarga orangtua di kampung yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Tapi bukan berarti semuanya relijius…
-
Tahan sebentar jarimu
Read This PostJumat 4 November kemarin sepertinya menjadi hari yang cukup bersejarah di Indonesia. Puluhan (atau ratusan?) ribu orang tumpah ke jalanan ibu kota untuk ikut aksi demonstrasi. Tapi bukan itu yang mau saya tulis di kesempatan yang berbahagia kali ini.
-
Banjir Lagi
Read This PostKemarin (Senin 24 oktober 2016), Bandung kembali kebanjiran. Tepatnya Kota Bandung, lebih tepatnya lagi Jalan Pasteur, pintu gerbang kota berjuluk Parijs van Java. Kata urang Sunda, kejadian itu disebut banjir cileuncang.
-
Bubur
Read This PostDongeng nu rek dicaritakeun teh kajadianana taun tujuhpuluhan, jaman ti Banjar ka Pangandaran aya keneh kareta api. Kareta api gujes tea geuning, anu jandelana marolongo teu dikacaan. Di Stasion Banjar, memeh kareta miang, aya tukang goreng hayam nanawarkeun daganganana dina nyiru. Nyiruna ditanggeuy, ditempokeun ka jalma-jalma nu geus dariuk di jero kareta api. “Goreng hayam! […]
-